Minggu, 18 Desember 2011

narrative text

 
 
mardian
kelas.xii.ips
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Father Eyes

Once in a city, there was a skinny young boy who loved football with all his heart. Practice after practice, he eagerly gave everything he had. But being half the size of the other boys, he got absolutely nowhere. At all the games, this hopeful athlete sat on the bench and hardly ever played. This teenager lived alone with his father, and the two of them had a very special relationship.

Even though the son was always on the bench, his father was always in the stands cheering. He never missed a game. This young man was still the smallest of the class when he entered high school. But his father continued to encourage him but also made it very clear that he did not have to play football if he didn't want to. But the young man loved football and decided to hang in there. He was determined to try his best at every practice, and perhaps he'd get to play when he became a senior.

All through high school he never missed a practice nor a game but remained a bench-warmer all four years. His faithful father was always in the stands, always with words of encouragement for him.

When the young man went to college, he decided to try out for the football team as a "walk-on." Everyone was sure he could never make the cut, but he did. The coach admitted that he kept him on the roster because he always puts his heart and soul to every practice, and at the same time, provided the other members with the spirit and hustle they badly needed.

The news that he had survived the cut thrilled him so much that he rushed to the nearest phone and called his father. His father shared his excitement and was sent season tickets for all the college games. This persistent young athlete never missed practice during his four years at college, but he never got to play in a game.

It was the end of his senior football season, and as he trotted onto the practice field shortly before the big playoff game, the coach met him with a telegram. The young man read the telegram and he became deathly silent.

Swallowing hard, he mumbled to the coach, "My father died this morning. Is it all right if I miss practice today?" The coach put his arm gently around his shoulder and said, "Take the rest of the week off, son. And don't even plan to come back to the game on Saturday."

Saturday arrived, and the game was not going well. In the third quarter, when the team was ten points behind, a silent young man quietly slipped into the empty locker room and put on his football gear. As he ran onto the sidelines, the coach and his players were astounded to see their faithful teammate back so soon. "Coach, please let me play. I've just got to play today," said the young man. The coach pretended not to hear him. There was no way he wanted is worst player in this close playoff game.

But the young man persisted, and finally feeling sorry for the kid, the coach gave in. "All right," he said. "You can go in." Before long, the coach, the players and everyone in the stands could not believe their eyes. This little unknown, who had never played before was doing everything right. The opposing team could not stop him. He ran, he passed, blocked, and tackled like a star.

His team began to triumph. The score was soon tied. In the closing seconds of the game, this kid intercepted a pass and ran all the way for the winning touchdown. The fans broke loose. His teammates hoisted him onto their shoulders. Such cheering you never heard.

Finally, after the stands had emptied and the team had showered and left the locker room, the coach noticed that this young man was sitting quietly in the corner all alone. The coach came to him and said, "Kid, I can't believe it. You were fantastic! Tell me what got into you? How did you do it?"

He looked at the coach, with tears in his eyes, and said, "Well, you knew my dad died, but did you know that my dad was blind?" The young man swallowed hard and forced a smile, "Dad came to all my games, but today was the first time he could see me play, and I wanted to show him I could do it!".

Rabu, 14 Desember 2011


MARDIAN.
Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman ini

 (lahir di lubuk linggau, Sumatra selatan, 02 desember 1992) 

Saya di besarkan di lubuk linggau ,dan saya waktu kecil nakal sampai ayah saya marah ,ibu saya orang jawa dan ayah saya orang palembang,kemudian setelah saya kelas 2 sd ,ayah sayah meninggal dunia karena sakit saya dan ibu serta kakak perempuan saya sangat sedih  sekali pada waktu itu ,kakak perempuan saya waktu itu msh duduk d bangku smp kelas 3 .

Kemudian hanya ibu saya yang mengurus dan merawat saya dan kakak perempuan saya sampai kakak perempuan saya lulus dari sma pelita kasih bengkulu,dan sekarang pun ibu saya masih bias menyekolahkan saya sampai hampir tamat dari sma yadika lubuk linggau ,saya sangat banggaa dengan ibu saya walaupun beliao seorang perempuan.

Dan sampai sekarang pun saya tetap nakal walaupun saya nakal tapi saya tetap menghormai kedua orang tua saya.

Saya masih kecil sering d panggil dengan sebutan mo’olo ,karena saya waktu kecil suka minta uang 50 rupiah ,sebab uang 50 rupiah pada waktu itu mash sangat besar ,dan nama sebutan itu pun sampai sekarang masih ada,teman-teman saya di rumah pun memanggil saya dengan sebutan mak luy,dan saya

NAMA LENGKAP :MARDIAN

NAMA PANGGILAN :MAR/DIAN

TEMPAT TANGGAL LAHIR:LUBUKLINGGAU,02     DESEMBER 1992

BINTANG           :SAGITARIUS

HOBI                   : MAKAN ,DLL

CITA-CITA        : MASIH DI UJUNG PENAH

 

bangga dengan sebutan itu karena dengan sebutan itu saya memperoleh teman yang banyak.

Selain itu saya juga suka membantu orang tua saya,saya tidak menyangka dapat sekolah sampai sma, karena melihat ayah saya yang sudah meninggal dunia.

Ayah saya meninggal pada tahun 2000 ,saya berjanji akan membahagikan orang tua saya sampai akhir hayat,dan saya anak ke dua dari dua saudara.

Saya waktu kecil bukan di lubuk linggau melainkan di sp 8 ,keita saya berumur 3 tahun saya dan keluarga pindah ke kota lubuk linggau sampai sekarang dan rumah saya dari saya kecil sampai besar masih di jln cereme rt .08 ,cereme tabah.

Dan teman-teman saya banyak yang tidak percaya kalau saya masih keturuan jawa karena ibu dari ibu saya asli orang jawa ,yaitu jawa barat bandung(sunda),tapi saya tidak bias berbahasa jawa ,tapi kalau bahasa palembang saya bisa dan sangat lancar.

Tapi saya mempunyai cita-cita yang sangat saya inginkan yaitu memberangkatka orang tua saya pergi haji.

 

 

narasi riwayat hidup saya.


MARDIAN.
Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman ini

 (lahir di lubuk linggau, Sumatra selatan, 02 desember 1992) 

Saya di besarkan di lubuk linggau ,dan saya waktu kecil nakal sampai ayah saya marah ,ibu saya orang jawa dan ayah saya orang palembang,kemudian setelah saya kelas 2 sd ,ayah sayah meninggal dunia karena sakit saya dan ibu serta kakak perempuan saya sangat sedih  sekali pada waktu itu ,kakak perempuan saya waktu itu msh duduk d bangku smp kelas 3 .

Kemudian hanya ibu saya yang mengurus dan merawat saya dan kakak perempuan saya sampai kakak perempuan saya lulus dari sma pelita kasih bengkulu,dan sekarang pun ibu saya masih bias menyekolahkan saya sampai hampir tamat dari sma yadika lubuk linggau ,saya sangat banggaa dengan ibu saya walaupun beliao seorang perempuan.

Dan sampai sekarang pun saya tetap nakal walaupun saya nakal tapi saya tetap menghormai kedua orang tua saya.

Saya masih kecil sering d panggil dengan sebutan mo’olo ,karena saya waktu kecil suka minta uang 50 rupiah ,sebab uang 50 rupiah pada waktu itu mash sangat besar ,dan nama sebutan itu pun sampai sekarang masih ada,teman-teman saya di rumah pun memanggil saya dengan sebutan mak luy,dan saya

NAMA LENGKAP :MARDIAN

NAMA PANGGILAN :MAR/DIAN

TEMPAT TANGGAL LAHIR:LUBUKLINGGAU,02     DESEMBER 1992

BINTANG           :SAGITARIUS

HOBI                   : MAKAN ,DLL

CITA-CITA        : MASIH DI UJUNG PENAH

 

bangga dengan sebutan itu karena dengan sebutan itu saya memperoleh teman yang banyak.

Selain itu saya juga suka membantu orang tua saya,saya tidak menyangka dapat sekolah sampai sma, karena melihat ayah saya yang sudah meninggal dunia.

Ayah saya meninggal pada tahun 2000 ,saya berjanji akan membahagikan orang tua saya sampai akhir hayat,dan saya anak ke dua dari dua saudara.

Saya waktu kecil bukan di lubuk linggau melainkan di sp 8 ,keita saya berumur 3 tahun saya dan keluarga pindah ke kota lubuk linggau sampai sekarang dan rumah saya dari saya kecil sampai besar masih di jln cereme rt .08 ,cereme tabah.

Dan teman-teman saya banyak yang tidak percaya kalau saya masih keturuan jawa karena ibu dari ibu saya asli orang jawa ,yaitu jawa barat bandung(sunda),tapi saya tidak bias berbahasa jawa ,tapi kalau bahasa palembang saya bisa dan sangat lancar.

Tapi saya mempunyai cita-cita yang sangat saya inginkan yaitu memberangkatka orang tua saya pergi haji.